KEDIRI, iNewsKediri - Raden Said merupakan keluarga bangsawan. Ayahnya, seorang Tumenggung di wilayah Tuban yang dikenal Tumenggung Wilatikta atau Wilwatikta.
Ia memiliki nama samaran Brandhal Lokajaya, yang sepak terjangnya menakutkan orang-orang kaya Majapahit.
Ia sengaja merampok harta para orang kaya untuk kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat miskin di Tuban.
Namun aksi yang membuatnya dicintai rakyat kecil itu pada akhirnya terkuak. Tumenggung Wilatikta tahu bahwa Brandhal Lokajaya tak lain adalah putranya. Penguasa Tuban itu murka dan mengusir Raden Said.
Dalam Buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, diceritakan bagaimana suatu ketika Brandhal Lokajaya bertemu dengan Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, yakni putra Sunan Ampel.
Sunan Bonang tengah berdakwah, mengenalkan Islam kepada masyarakat Tuban dan sekitarnya. Saat bertemu Sunan Bonang, pandangan Brandhal Lokajaya lebih tertuju pada tongkatyang dipakai Sunan Bonang.
Tongkat yang memancarkan kilau kuning emas itu, memikat hatinya. Raden Said berusaha merebut tongkat tersebut. Namun Sunan Bonang mengatakan ada yang lebih berharga dari sekedar tongkat yang dipakainya berjalan.
Sunan Bonang menunjuk buah kolang-kaling pada pohon aren tak jauh dari tempatnya. Raden Said takjub. Dalam penglihatannya ia melihat buah kolang-kaling itu menjelma emas, permata dan intan berlian.
Sontak Raden Said bergegas memanjat pohon aren tersebut. Namun saat tangannya hendak menyentuh, buah kolang-kaling kembali ke wujud aslinya.
Saat itu juga Raden Said menyatakan ingin berguru kepada Sunan Bonang. Sunan Bonang meminta Raden Said menjaga tongkatnya, dan dilarang beranjak sebelum dirinya datang kembali.
Tongkat tersebut ditancapkan di pinggir kali (sungai). Raden Said patuh. Ia duduk bersila menunggui tongkat Sunan Bonang yang lantas pergi meninggalkannya.
Selama 40 hari 40 malam Raden Said bertahan bersila menunggu tongkat. Ia tak mempedulikan lagi panas siang serta dinginnya malam. Tanaman liar merambati sekujur tubuhnya.
Tepat di hari ke-40, Sunan Bonang datang. Raden Said dimandikan sekaligus diberi pakaian bersih.
Sunan Bonang kemudian mewejangnya. Sejak itu Raden Said berganti nama menjadi Sunan Kalijaga, yang berarti orang yang bertugas menjaga kali (sungai).
Editor : Solichan Arif