INDRAMAYU, iNewsKediri - Pengemis sapu lidi menjadi julukan sejumlah warga yang mengais rezeki di kawasan jembatan Kali Sewo perbatasan antara Indramayu dan Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Tidak sedikit para pengemis sapu lidi itu berusia anak-anak dan lanjut usia (lansia). Mereka berdiri di pinggir jalan menanti uang receh yang dilempar para pelintas jalan. Sesuai julukan sapu lidi, masing-masing di tangan mereka terpegang sapu lidi bergagang panjang.
Dengan sapu lidi mereka menyeret koin yang dilempar pelintas jalan dari balik celah kaca mobil. Perlu diketahui, jumlah pengemis sapu lidi ini bukan hanya hitungan jari. Bila dihitung mereka mencapai puluhan, atau bahkan ratusan.
Karenanya, pengemudi mobil pribadi, bus, hingga truk perlu berhati-hati dan sebisa mungkin memperlambat laju kendaaraan.
Mitos Jembatan Sewo Indramayu
Ada kisah pilu dibalik munculnya warga yang mengemis dengan memakai sapu lidi. Cerita pertama terkait dengan peristiwa kecelakaan sebuah mobil. Entah apa yang terjadi, mobil yang tengah melaju itu tiba-tiba terjun dari atas Jembatan Sewo dan tercebur ke sungai.
Bertolak dari tragedi itu, setiap pelintas Jembatan Sewo kemudian melempar uang. Mereka meyakini lemparan uang receh itu akan menyelematkan dari terjadinya malapetaka.
Lama-kelamaan hal itu menjadi tradisi dan uang receh yang dilempar itu oleh segelintir warga dijadikan penghasilan tambahan, terutama saat hari lebaran tiba.
Cerita kedua ihwal munculnya pengemis sapu lidi dipercaya terkait dengan peristiwa yang dialami kakak beradik yang bernama Saidah dan Saeni. Dari cerita tutur yang berkembang, awalnya Saidah dan Saeni rutin mengemis di Jembatan Sewo Indramayu demi kebutuhan hidup.
Selain meminta-minta mereka juga dikenal sebagai penari Ronggeng. Entah apa yang terjadi, suatu ketika, nyawa keduanya berakhir di sekitar jembatan. Warga percaya arwah Saedah maupun Sani masih bersemayam di sana. Lalu munculah ritual lempar uang sebagai bentuk 'saweran' kepada kakak beradik tersebut.
Adapun kebiasaan mengemis dengan sapu lidi di jalan ini terbilang cukup berbahaya. Namun 'tradisi' masyarakat setempat tersebut sulit dihilangkan. Pihak kepolisian setempat berusaha memaklumi sambil mengatur keamanan lalu lintas.
Editor : Solichan Arif