BLITAR, iNewsKediri - Jamasan pusaka atau bisa disebut memandikan pusaka merupakan sebuah tradisi masyarakat Jawa yang diwariskan turun-temurun.
Salah satu tradisi jamasan yang masih dirawat adalah di Keboen Kopi Karanganyar Desa Modangan, Kecamatan Nglegok Blitar.
Dalam jamasan tersebut ada banyak pusaka yang disucikan, salah satunya yakni Gong Mbah Gimbal dan sejumlah pusaka Keris yang memiliki beberapa keistimewaan.
Prosesi jamasan pusaka Keboen Kopi Karanganjar ini dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), serta sejumlah pegiat budaya di Blitar.
Tujuan dari acara ini tak lain adalah nguri-uri (melestarikan) budaya dan merawat pusaka leluhur.
Sebagaimana diketahui, sejarah Gong Kyai Gimbal merupakan salah satu peninggalan Raden Jaya Purnama.
Raden Jaya Purnama ini merupakan keturunan Kanjeng Sinuwun Hamengkubuwono II.
Raden Jaya Purnama ini memiliki ibu bernama R.A Kustinah, putri dari Nyai Ageng Serang.
Raden Jaya Purnama memiliki nama panggilan semasa masoh kecil.
Yaitu, Pangeran Kusuma Wijaya yang dimana saat kecil beliau diasuh oleh neneknya Nyai Ageng Serang yang merupakan pendukung dan pengikut Laskar Pangeran Diponegoro.
Dalam prosesi jamasan tersebut juga dilakukan ritual pemukulan Gong Mbah Gimbal.
Yang konon pemukulan gong ini dipercaya akan menentukan baik buruknya Indonesia di masa mendatang.
Dalam kesempatan itu, Gong Mbah Gimbal ditabuh oleh Hery Nugroho mantan Bupati Blitar sebanyak tujuh kali.
"Awon nopo sae? (baik atau buruk?)," tanya Hery Nugroho pada masyarakat yang hadir.
Masyarakat pun beramai-ramai menjawab "sae" yang menandakan bahwa Indonesia di masa mendatang akan lebih baik lagi.
Editor : Rohman