Hampir 20 tahun kemudian, Knebel melaporkan bahwa batu ini sudah tidak ditemukan lagi di Kayunan (1910: 270). Batu ini juga dimasukkan dalan daftar prasasti berangka tahun dari Jawa yang disusun oleh Krom (1911: 251).
“Saya telah melaporkan ini ke Dinas Pariwasata dan Kebudayaan dan juga Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur di Mojokerto. Kepala BPK telah menyampaikan kepada saya tim akan diterjunkan ke Desa Kayunan pada Senin (15/1) ,” kata Imam Mubarok Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Minggu (15/1).
Ditambahkan Gus Barok panggilan akrab Imam Mubarok, dari keterangan sumber-sumber pada investigasi yang dilakukan , di lokasi Desa Kayunan sejak lama telah terjadi penggalian liar dan mengangkut benda-benda purbakala tersebut ke luar daerah dengan tujuan dikoleksi dan dijual.
“Ini sangat berbahaya kalau ada pembiaran,saya juga telah melapor kepada Mas Bup terkait upaya penyelamatan yang harus segera dilakukan. Meski tidak semua dijarah masih ada yang tersisa dan yang baru ditemukan ini harus segera diselamatkan. Salah satunya bagaimana menjadikan Desa Kayunan ini sebagai desa budaya sehingga menjadi destinasi wisata kedepannya,” ujur Gus Barok.
Lokasi temuan tugu dipasang garis polisi. Foto: iNewsKediri.id/Dok. DK 4
Seperti diketahui asal muasal ditemukannya tugu tapal batas oleh penggali tanah urug di Kayunan yang kemudian diketahui oleh Erwan Yudiono , saksi yang kali pertama melihay struktur tugu tapal batas pada Selasa (9/1) mengaku awalnya dirinya tidak sengaja menemukan dan hanya karena penasaran.
“Awalnya saya melihat temuan padmasana di Desa Kayunan yang diamankan saudara Eko dan disimpan di rumahnya di Plaosan Kecamatan Plosoklaten yang berjarak 5 km dari lokasi. Karena penasaran akhirnya saya mendatangi lokasi tempat dimana padmasana ditemukan , pas disitu ternyata ada penggalian lahan untuk tanah urug . Ternyata disitu saat penggalian juga banyak ditemukan struktur batu bata dan juga tugu tapal batas yang berangka tahun 1123 saka era peninggalan Raja Kertajaya ,” kata Erwan yang juga Wakil Ketua Pelestari Sejarah Budaya Khadiri.
Kabar penemuan itu akhirnya dilaporkan oleh Yudiono ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri serta Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) pada Kamis (11/1) . Setelah mendapat laporan perwakilan dinas dan DK4 mendatangi untuk meninjau lokasi.
Editor : Rohman
Artikel Terkait