Benarkah Hanya Sekali Berhubungan Seks Bisa Hamil? Simak Penjelasan Berikut Ini

KEDIRI, iNewsKediri - Apakah bisa hamil hanya dengan sekali berhubungan seks?

Mungkin pertanyaan itu sempat terlintas di benak, bagi Anda yang menginginkan atau hendak mencegah kehamilan saat berhubungan seks.

Terkait dengan pertanyaan tersebut, jawabannya adalah, ya.

Benar, Anda bisa hamil meski hanya sekali berhubungan seks. Bagaimana penjelasannya?

Melansir situs Very Well Family, Selasa (7/6/2022), Anda bisa hamil walaupun berhubungan seks hanya satu kali.

Namun, remaja menjadi jauh lebih mungkin untuk hamil hanya dengan satu atau beberapa hubungan seksual daripada perempuan yang usianya lebih matang.

Terlebih bila Anda berhubungan seks tanpa proteksi seperti kondom atau alat kontrasepsi lainnya.

Mengapa? Sebab, secara umum, kesuburan menurun seiring bertambahnya usia.

Seperti kita ketahui, bahwa perempuan masa subur yang membuat hubungan seks paling mungkin menyebabkan kehamilan.

Masa subur ini setidaknya ada satu minggu setiap bulan dan itu dimulai dua hingga tiga hari sebelum Anda berovulasi.

Jadi, bila Anda menginginkan kehamilan, peluang terbaiknya adalah berhubungan seks pada hari-hari sebelum ovulasi.

Ovulasi biasanya terjadi sekitar hari ke 12 sampai 14 dari siklus 28 hari, tetapi bervariasi dari setiap perempuan berdasarkan panjang siklus mereka dan bahkan dapat bervariasi dari siklus ke siklus.

Anda dapat memiliki masa subur paling cepat pada hari ke 8 dan 9 jika siklus Anda lebih pendek, atau paling lambat hari ke 19 dan 20 dengan siklus yang lebih panjang.

Sel telur yang berovulasi hanya mampu dibuahi selama 12 sampai 24 jam setelah dilepaskan dari indung telur, tetapi dengan bantuan lendir serviks Anda, sperma dapat hidup hingga lima hari di saluran reproduksi. Jadi, berhubungan seks sebelum Anda berovulasi dapat membantu meningkatkan peluang Anda untuk hamil, meski hanya sekali berhubungan seks.

Nah, Anda bisa melacak ovulasi berdasarkan kalender.

Ada pula beberapa cara melacak ovulasi dengan menggunakan perubahan fisiologis seperti suhu tubuh, lendir serviks, atau kadar hormon.

Editor : Rohman