get app
inews
Aa Text
Read Next : Jangan Kaget Bila Suatu Hari Bahasa Jawa Mendunia, Ini Alasannya

Keruntuhan Majapahit Sudah Diketahui Abdi Raja Brawijaya Lewat Mimpi

Rabu, 30 Maret 2022 | 09:51 WIB
header img
Kehancuran Kerajaan Majapahit (foto: istimewa)

KEDIRI, iNewsKediri - Sabda Palon dan Naya Genggong mengalami mimpi buruk. Abdi kinasih sekaligus penasihat spiritual Raja Majapahit Brawijaya V itu merasa telah mendapat wisik atau isyarat buruk terkait kehancuran Kerajaan Majapahit.

Dalam wisiknya Sabdapalon melihat api membakar istana Majapahit hingga ludes tak tersisa. Begitu juga dengan Naya Genggong yang melihat badai besar menerjang istana Majapahit.

Keduanya menuturkan firasat buruk tersebut kepada Prabu Kertabhumi atau Brawijaya V.  Dalam Buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, Prabu Kertabhumi menyatakan kesedihannya.

“Jika benar apa yang kalian lihat dalam semadi kalian, kita mesti memperbanyak prihatin dan tirakat! Memang hal itu merupakan suatu pertanda buruk terhadap kejayaan Majapahit!”  ujar Prabu Brawijaya V menanggapi penuturan dua orang abdinya.

Raja Majapahit tiba-tiba teringat musim paceklik yang belum lama melanda Majapahit. Paceklik bersamaan dengan kebobrokan moral yang dilakukan oleh para nayaka praja serta putra-putri kaum bangsawan Majapahit.

Untung saja keadaan itu dapat segera teratasu, terutama setelah datangnya Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

“O...Dewata Agung, apakah musim paceklik seperti yang pernah terjadi di Majapahit beberapa waktu lalu akan terulang kembali?,” gumam Prabu Brawijaya V.

 “Atau, apakah istana Majapahit akan digerogoti kebobrokan moral dari para punggawa atau nayaka praja-nya sendiri?”.

Sebagai raja yang gemar tapa brata atau semadi, Prabu Brawijaya V menerima wisik yang dituturkan Sabda Palon dan Naya Genggong.

Apalagi, keduanya merupakan dua orang penasihat Kraton Majapahit yang tidak diragukan lagi kesetiaannya.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan agar istana Majapahit tetap aman tenteram dan terkendali?”  kata Sang Baginda Raja kemudian.

Sabda Palon dan Naya Genggong berpikir serius. Keduanya merenung dalam-dalam terhadap pertanyaan Rajanya.

“Sinuwun,” kata Sabda Palon mencoba menjawab. Sabda Palon menyarankan Raja Brawijaya V memperbanyak tirakat (menahan hawa nafsu) dengan melakukan semadi.

“Selain itu, Gusti Prabu hendaknya memantau daerah kekuasaan Majapahit, yakni bagaimana kesetiaan mereka terhadap Majapahit,” usulnya.

“Kalau Gusti Prabu hanya memfokuskan keadaan di lingkungan Majapahit saja, niscaya Gusti Prabu tidak mengetahui bagaimana keadaan daerah kekuasaan Majapahit di luar sana,” tambah Sabda Palon.

“Kalau hamba melihatnya berbeda, Sinuwun,”  kata Naya Genggong tiba-tiba sembari menghaturkan sembah bekti.

“Bahwa kita semua harus memperbanyak tirakat dan prihatin memang benar. Sudah semestinya kalau kita memperbanyak semadi untuk penyembahan kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi,” tutur Naya Genggong.

Naya Genggong percaya, perkara hancur atau jayanya suatu kerajaan, hal itu sebenarnya semata-mata kehendak Sang Hyang Widhi.

“Bagaimanapun manusia akan mengupayakan secara sungguh-sungguh, tetapi jika Sang Hyang Widhi sudah menghendaki kehancuran suatu negeri, niscaya tak ada seorang manusia pun yang dapat mengatasinya,” terang Naya Genggong berpendapat.

“Demikian halnya dengan Majapahit. Jika Sang Hyang Widhi sudah menghendaki kehancurannya, tentu kita tidak bisa mengatasinya”.

Prabu Brawijaya V mendengarkan apa yang disampaikan dua orang abdi setianya. Iya membenarkan perihal kehendak yang Maha Kuasa. “Tetapi bukankah kita harus tetap berusaha?,”  Prabu Brawijaya V menanggapi.

Naya Genggong tak berusaha membantah. Ia memahami, apa yang Prabu Brawijaya V sampaikan, benar adanya.

“Bagaimanapun kita harus tetap bekerja keras dengan diiringi memperbanyak semadi. Yang hamba maksudkan tadi, yakni bagaimanapun usaha manusia, tetapi jika Sang Hyang Widhi telah menghendaki sesuatu, maka manusia tak bisa berkutik sedikit pun,” katanya.

“Demikian halnya dengan kejayaan Majapahit ini, kita hanya sebatas mengupayakan seoptimal mungkin jangan sampai istana Majapahit menjadi kacau-balau. Tetapi bukankah kita harus pasrah kepada Sang Hyang Widhi bahwa semua keputusan berada dalam genggamannya?,” jelas Naya Genggong.

Prabu Brawijaya bisa menerima penjelasan Naya Genggong sekaligus menyampaikan rasa terima kasihnya. “Aku pun akan memperbanyak semadi, apalagi setelah kalian berdua telah menginformasikan mengenai kabar buruk dalam wisik yang kalian dapatkan,” ujar Prabu Brawijaya V serius.

Sejarah mencatat, seiring munculnya Kerajaan Demak yang diperintah Raden Patah sebagai sultan, Kerajaan Majapahit akhirnya runtuh. 

Editor : Solichan Arif

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut