get app
inews
Aa Text
Read Next : Jangan Kaget Bila Suatu Hari Bahasa Jawa Mendunia, Ini Alasannya

233 Tahun Berkuasa, Kerajaan Majapahit Sirna Akibat Lapuknya Nasionalisme

Minggu, 20 Maret 2022 | 10:22 WIB
header img
233 tahun berkuasa, Kerajaan Majapahit akhirnya sirna akibat nasionalisme yang lapuk (foto/ilustrasi/istimewa)

KEDIRI, iNewsKediri - Kejayaan Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan terbesar  di Nusantara akhirnya pudar. Ibu kota Majapahit bahkan luluh lantak akibat perang saudara yang datang silih berganti.

Keruntuhan Majapahit terjadi pada paska kepemimpinan raja Bhre Wengker atau Hyang Purwasisesa (1456 M-1466 M). Bhre Pandansalas (1466 M-1468 M) sebagai pelanjut tahta Majapahit, dipaksa lengser.

Bhre Pandansalas merupakan keturunan Bhre Tumapel yang bernama lain Raden Sotor. Ia hanya memerintah kerajaan selama dua tahun karena dipaksa meninggalkan tahta.  

“Waktu mudanya menjadi mahamantri hino di Koripan, kemudian pindah ke Daha, akhirnya ke Majapahit,” tulis Prof Dr Slamet Mulyana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu –Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara.

Lengsernya Bhre Pandansalas menambah cerita panjang konflik internal di Majapahit. Sebelumnya raja Dyah Kertawijaya turun tahta sesudah dikudeta dan dibunuh Rasajawardhana atau Bhre Matahun. Yakni Raja Majapahit VII yang merupakan suami dari Indudewia atau Bhre Lasem dan memerintah pada tahun 1451M – 1453M.

Sepeninggal Rajasawardhana, Majapahit sempat mengalami kekosongan kekuasaan antara tahun 1453 M sampai 1456 M. Kekacauan itu membuat situasi rakyat Majapahit ibarat lidi yang berserakan.

Kekosongan kekuasaan berakhir setelah Bhre Wengker naik tahta dan menjadi raja Majapahit ke-9 dengan gelar Girishawardhana Dyah Suryawikrama. Pada masa itu terjadi bencana alam gempa bumi dan gunung meletus.

Sementara pada masa pemerintahan Bhre Pandansalas atau Dyah Suprabhawa yang bergelar Sri Adi Suprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta, pergolakan politik memuncak.

Bhre Pandansalas terpaksa melarikan diri dari kekuasaannya sebagai raja. Sebagaimana dikisahkan Prasasti Jiyu (1486 Masehi), Pandansalas tak berdaya menghadapi kudeta Bhre Kertabhumi.

Sepeninggal Bhre Pandansalas, Bhre Kertabhumi menduduki singgasana kekuasaan raja Majapahit. Bhre Kertabhumi menjadi raja Majapahit terakhir yang berpusat di ibu kota Majakerta (sekarang Mojokerto).

Ia memimpin Kerajaan Majapahit sejak 1474 Masehi hingga 1478 Masehi. Pada saat yang sama Girindrawardhana Dyah Ranawijaya mendaulat sebagai  raja Majapahit yang beribu kota di Daha, Kediri.Kekuasaan Kerajaan Majapahit terbelah.

Girindrawardhana merupakan putra Dyah Suprabhawa, raja Majapahit kesepuluh. Girindrawardhana yang bergelar Sri Wilwatika Jenggala Kadiri menyerang Bhre Kertabhumi yang bertahta di Majakerta, dan menang.

Konon, ibu kota kerajaan dibumihanguskan dengan cara dibakar, dan Bhre Kertabumi terbunuh. Kekuasaan raja Majapahit Girindrawardhana Dyah Ranawijaya yang berpusat di Kediri runtuh setelah pasukan Sultan Demak Trenggono menyerang (1527 Masehi).

Kejayaan Majapahit yang mencapai puncak pada masa raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada, benar-benar sirna. Dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu –Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, Slamet Mulyana menyatakan, semangat nasional Majapahit telah lapuk dari dalam.

Semangat Islam dari Demak yang masih segar bugar berhasil menumbangkannya. “Majapahit bertahan dari tahun 1294 M sampai 1527 M, selama 233 tahun; 184 tahun sebagai kerajaan yang merdeka dan 49 tahun sebagai negara bawahan,” tulis Slamet Mulyana.

Editor : Solichan Arif

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut