KEDIRI, iNewsKediri - Raja Majapahit Brawijaya V membangunkan sebuah masjid untuk Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Masjid sederhana itu berdiri di lingkungan asrama yang cukup luas di wilayah Ampeldenta Surabaya.
Asrama tersebut juga hasil pembangunan Raja Brawjiaya V yang diberikan kepada Sunan Ampel guna mengajar para pejabat serta putra-putri bangsawan Majapahit. Sunan Ampel melakukan pendidikan moral atau akhlak.
Diriwiyatkan buku “Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit”. Sebelumnya Prabu Brawijaya mendatangkan para bikhu, panditha, dan brahmana.
Namun hasilnya belum sesuai harapan. “Ngger, ketahuilah bahwa sebelum ini, sebenarnya aku telah mengundang para bikhu, pandhita, brahmana atau resi dari kalangan Agama Hindu-Budha, tetapi sayang hasilnya sia-sia belaka!,” ujar Prabu Brawijaya terlihat prihatin.
Raden Rahmat atau Sunan Ampel merupakan putra Syaikh Ibrahim As-Samarkandi. Ia berasal dari negeri Champa dan pada awal dasawarsa keempat abad ke-15, menjejakkan kaki di tanah Jawa.
Dalam “Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri (1975)”, tertulis Imam Rahmatullah (Raden Rahmat) datang bersama ayahnya dengan tujuan dakwah Islamiyah.
Kedatangan Raden Rahmat juga disertai saudaranya yang bernama Ali Musada atau Ali Murtadho dan sepupunya yang bernama Raden Burereh (Abu Hurairah), putra Raja Champa.
Sebelum ke Jawa, Raden Rahmat sempat singgah ke Palembang di mana jabatan adipati dipegang Arya Damar (Putra Brawijaya V). Raden Rahmat menikahi putri Adipati Tuban Arya Teja yang juga cucu Arya Lembu Sura Raja Surabaya.
Babad Ngampeldenta menyebut, Raja Majapahit (Brawijaya) lah yang mengangkat Raden Rahmat sebagai imam di Surabaya dengan gelar Sunan sekaligus diberi kedudukan wali di Ngampeldenta.
Sementara ketika datang ke lokasi asrama Ampeldenta Surabaya, Raden Rahmat meminta Raja Majapahit dibuatkan suatu bangunan khas rumah ibadah dalam agama Islam, yakni sebuah masjid yang sederhana.
Raden Rahmat disinyalir terinspirasi dengan Baginda Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke Madinah, yakni membangun masjid saat pertama kali datang.
Raden Rahmat membuat asrama pendidikan menjadi semacam pesantren sebagai wahana proses belajar mengajar sekaligus tempat menggembleng para nayaka praja serta putra-putri kaum bangsawan Majapahit.
Sejak itu, Raden Rahmat mengajar para punggawa atau nayaka praja serta para putra-putri pejabat tinggi Majapahit di asrama pendidikan Ampeldenta Surabaya.
“Usaha dakwah yang dilakukan Raden Rahmat adalah membentuk jaringan kekerabatan melalui perkawinan para penyebar Islam dengan putri-putri penguasa bawahan Majapahit,” tulis Agus Sunyoto dalam “Atlas Wali Songo”.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait