iNewsKediri - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (Ketua DPP KNPI) Haris Pertama telah Babak Belur di hajar orang tidak di kenal, di daerah Cikini, Menteng, Jakarta pada senin 21 Februari 2022 .
Kejadian yang telah mendekati 7 hari ini belum menemukan titik terang, Ketua Himpunan Insan Muda Cendekia Nuris Eka menanyakan Keseriusan Polri dalam mengungkap dalang Intelektual dalam dugaan rencana pembunuhan Ketua DPP KNPI.
Saat Dihubungi melalui sambungan telfon, Ketua Himpunan Insan Muda Cendekia yang juga masih merangkap fungsionaris di Lembaga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jakarta, menyampaikan terkait dengan pandanganya terhadap penyerangan simbol organisasi pemuda yaitu Ketua Umum KNPI.
Menurutnya, penyerangan itu merupakan sebuah tindakan brutal yang tidak terukur atau bahkan memang sengaja sebagai upaya pembunuhan karena dilakukan penyerangan terhadap kepala korban, yang berpotensi besar membahayakan keselamatan korban.
Hal ini dinilai bahwa serangan yang dilakukan mengancam nilai-nilai kepemudaan, karena individu korban merupakan kemelekatan terhadap simbol institusi kepemudaan se-Indonesia.
"Haris Pertama merupakan representasi pemuda Indonesia yang cukup kritis dan ideal dalam fungsi pemuda mengawal Indonesia, sehingga dugaan upaya pembunuhan ini berpotensi mengancam pemuda-pemuda yang berpotensi memberikan gagasan dan kontribusi terbaiknya dalam mengawal bangsa Indonesia", ucapnya.
Nuris Eka juga mempertanyakan keseriusan dari pihak Polri dalam membongkar jaringan Aktor Intelektual dugaan percobaan pembunuhan tersebut.
Alumni Universitas Islam Balitar ini mendesak Polri segera mengungkap aktor intelektual serta motif yang mendasarinya.
"Saya mendesak Polri segera mengungkap kasus tersebut secara terbuka dan transparan, sampai ke akar akarnya, karena jika hal ini terlalu berlarut, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah ancaman bagi setiap pemuda yang potensial membangun Indonesia melalui berbagai organisasi, seperti ketua DPP KNPI," ujarnya menambahkan.
Aktivis mahasiswa ini juga menyampaikan potensi pengkebirian aktivis sebagai bagian dari penyelesaian kasus Haris Pertama jika tidak segera tertangkap dalang intelektualnya.
Karena dari pelaku yang tertangkap yang mengaku "di bayar" menjadi sebuah pertanda bahwa adanya upaya penyerangan terhadap aktor pergerakan intelektual yang di lakukan oleh preman bayaran.
"Saya melihat, sekelas pemimpin organisasi kepemudaan nasional, mencoba dibunuh oleh orang bayaran, dengan dianiaya di kepala menggunakan batu, dan pelaku mengaku di bayar, sangat ironi sekali, sehingga jika hal ini tidak segera selesai, maka nama Polri akan di pertaruhkan dalam pengkebirian premanisme di Indonesia," pungkas Nuris Eka.
Editor : Rohman