KEDIRI, iNewsKediri - Kasus stunting di Indonesia bisa meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menghambat fungsi kognitif.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Moesjijanti Yudiarti Endang Soekatri, M.C.N dalam orasi ilmiah dengan judul ‘Peran Ahli Gizi dalam Eradikasi Stunting Melalui Gerakan OVON (One Village One Nutritionist).
Sementara dalam jangka panjang, stunting tidak saja berpengaruh pada fisik yang pendek tapi juga berisiko terhadap penyakit degeneratif serta menurunkan kesehatan reproduksi.
“Singkatnya stunting yaitu gangguan pertumbuhan disertai dengan hambatan perkembangan pada masa kandungan ibu. Proses terjadi stunting bersamaan dengan hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ vital lainya seperti otak, jantung, dan ginjal,” kata Prof Santi.
Lebih lanjut, dalam penelitiannya salah satu cara menurunkan stunting adalah dengan pendampingan bagi keluarga berisiko stunting.
Pendampingan tersebut dilakukan oleh tenaga profesional di bidang gizi dan kesehatan.
Pendampingan melibatkan 2.790 anak Baduta, 518 ibu hamil, 144 ibu hamil kekurang energi kronik (KEK), dan 840 ibu menyusui yang punya anak bayi 0-6 bulan. Hasil menunjukkan keadaan yang cukup baik. Rerata Baduta dengan gizi pendek turun 6%, anak Baduta dengan gizi kurang menurun 3%, rerata ibu hamil dengan KEK turun 7,1%.
“Hal ini membuktikan bahwa pendampingan selama 3 bulan terhadap keluarga berisiko stunting memberikan bukti (adanya penurunan kasus stunting) bukan janji,” jelasnya.
Melihat kemampuannya, Menteri Kesehatan Budi mengaku bangga memiliki Profesor dibidang gizi. Diharapkan Prof. Santi dapat ikut andil dalam upaya mengejar target penurunan kasus stunting di Indonesia hingga 14%.
"Jadi Prof. Santi jangan kaget kalau nanti diajak video conference malam-malam atau week end untuk bantu bagaimana caranya kita mempercepat penurunan angka stunting ke angka 14 persen, kalau bisa lebih turun lagi,” ungkap Menkes Budi.
Editor : Rohman