KEDIRI, iNewsKediri - Sri Baduga Maharaja atau dikenal sebagai Prabu Siliwangi adalah putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu NiskalaWastu Kencana yang lahir pada 1401 M di Kawali Ciamis.
Di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, Kerajaan Sunda mencapai kemajuan pesat dari segi politik, pemerintahan hingga kesejahteraan rakyat.
Kejayaannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Nusantara.
Hal ini membawa rasa bangga pada keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda.
Semasa muda, dia dikenal sebagai ksatria yang sangat pemberani dan tangkas.
Dikutip dari laman Wikipedia, Sri Baduga juga dinobatkan dua kali, yang pertama ketika Jayadewata menerima takta Kerajaan Galuh di Kawali Ciamis dari ayahnya Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Mayangsari putri Prabu Bunisora, yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewataprana.
Sedangkan yang kedua, ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor dari mertua dan uwanya, Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kencana dari Permaisuri Rantna Sarkati putri Resi Susuk Lampung.
Pada peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran.
Ada yang mengatakan bahwa ia merupakan satu-satunya orang yang berhasil mengalahkan Ratu Jayapura saat bertempur memperebutkan Subang Lara untuk dijadikan sebagai istri.
Keberanian dan ketangkasan yang dimilikinya ternyata mampu memikat hati Subang Larang hingga akhirnya menikahinya.
Setelah menikah, Prabu Siliwangi beserta istrinya Nyi Subang Larang dikaruniai tiga orang anak.
Masing-masing bernama Walangsungsang atau dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana, Rara Santang yang setelah dewasa dikenal sebagai ibu dari ulama islam terkenal di Jawa, Sunan Gunung Jati.
Sedangkan anak terakhir bernama Prabu Kian Santang, seorang pemimpin yang adil.
Silsilah Kepemimpinan
Setelah kepemimpinannya, takhta kerajaan juga diteruskan oleh keturunan dari Prabu Siliwangi langsung.
1. Prabu Surawisesa (1531-1535 M)
2. Ratu Dewata (1535-1543 M)
3. Ratu Sakti (1543-1551 M)
Saat era kepemimpinan Ratu Sakti inilah, Kerajaan Pajajaran mengalami masa suram karena ketamakan sang pemimpin. Kemudian takhta diteruskan oleh Prabu Surya Kencana selama 12 tahun (1567-1579 M).
Namun sayangnya, setelah Prabu Surya sudah tidak lagi bertahta di Pakuan Pajajaran, Kerajaan Pajajaran akhirnya runtuh karena terus menerus gagal menghadapi sendiri serangan musuh, karena tidak memiliki koalisi kerajaan.
Editor : Rohman
Artikel Terkait