BLITAR, iNewsKediri - Tiga persoalan serius akan dihadapi Indonesia.
Hal itu sebagaimana telah disampaikan Presiden Jokowi pada beberapa waktu lalu.
Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa akan terjadinya krisis pangan, krisis energi, dan perubahan iklim global.
Dalam sektor pangan, persoalan yang dihadapi oleh negara sebenarnya juga seharusnya menjadi bagian penting yang harus diantisipasi dan dilakukan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini Kabupaten Blitar.
Ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai dengan serius.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Mujianto Ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Blitar.
Hal tersebut adalah tantangan ketahanan pangan meliputi:
1) Sarana dan prasarana pertanian,
2) Skala usaha tani kecil dan konversi lahan,
3) Adanya dampak perubahan iklim,
4) Akses pangan yang tidak merata,
5) Food loss and waste yang tinggi,
6) Regenerasi petani lambat,
7) Tantangan di inovasi dan diseminasi teknologi.
Menurut Mujianto, di Kabupaten Blitar ada dua kebutuhan pokok dari sektor pertanian, yang harusnya menjadi perhatian pemerintah daerah.
"Ada dua sektor pertanian yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah, yang pertama adalah kebutuhan beras sebagai makanan pokok bagi penduduknya, serta kebutuhan jagung sebagai kebutuhan bahan pakan ternak ayam petelur, karena ini sebagai ikon kabupaten untuk mensuplay kota-kota lain diseluruh Indonesia, belum lagi kebutuhan-kebutuhan pangan yang lain," ungkap Ketua PPI Blitar.
Diketahui, data Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar memproduksi beras di tahun 2022 sekitar 2.514.804 kwintal, atau sekitar 251.480 ton setahun.
Jika dihitung produksi perhari sebanyak 699 ton beras.
Jumlah kepala keluarga di Kabupaten Blitar tahun 2021 sebanyak 492.832, jika rata-rata kebutuhan beras per kepala keluarga 1,5 kg perhari, maka dibutuhkan stok beras untuk konsumsi adalah 739 ton atau sekitar 739.248 ton selama setahun.
Sehingga untuk kebutuhan beras sehari saja kita harus mensuplay dari daerah lain atau minus 41 ton perhari atau 14.649 ton setahun.
Melihat fenomena tersebut, Mujianto mengatakan jika seakan tidak terasa, tapi itulah realita yang jarang sekali kita menghitung kebutuhan riilnya.
"Apalagi kita tidak pernah berfikir bagaimana mengembalikan konsep dan program swasembada sebagaimana yang dilakukan pada zaman pemerintahan Presiden Soearto dulu," ujarnya.
Pada produksi jagung tahun 2021 mengalami penurunan dibanding dengan dua tahun sebelumnya, yaitu 3.247.668 kwintal, atau 324.767 ton, atau 902 ton perhari.
Tahun 2020 sebanyak 401.440 ton, dan tahun 2019 sebanyak 391.806 ton.
Kebutuhan jagung untuk pakan ternak ayam petelur saja diproyeksikan sekitar 800 ton per hari atau 288.000 ton pertahun.
Dan ketika tahun 2020/2021 terjadi kelangkaan atau mahalnya harga jagung sehingga mengakibatkan keresahan dan terjadinya aksi besar-besaran hingga turun jalan dari peternak ayam petelur.
Menurut Mujianto yang juga seorang analis, ini adalah sesuatu yang sangat aneh, sehingga terbersit asumsi ada apa dengan pemerintah daerah Kabupaten Blitar
"Sistem antisipasinya seperti apa, atau sistem perlindungan bagi peternak kita bagaimana, lha seharusnya surplus kok malah terjadi goncangan yang luar biasa yang mengakibatkan kerugian luar biasa bagi perternak," ungkapnya.
Dari sisi anggaran pertanian atau APBD tahun 2021 senilai 58, 340 milyar, dengan rincian 18,7 milyar untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa sebanyak 22,9 milyar, belanja hibah 12,198 milyar belanja bantuan sosial1,3 milyar, sedangkan untuk belanja modal sekitar 2,8 milyar.
Sedang tahun APBD tahun 2022 justru mengalami penurunan senilai 52, 740 milyar, dengan rincian 22,5 milyar untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa sebanyak 17,3 milyar, belanja hibah 11,091 milyar, sedangkan untuk belanja modal sekitar 1,8 milyar.
Melihat postur anggaran tahun 2021 dan 2022 tersebut, perlu disampaikan ke publik bahwa khususnya sektor pangan, untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatiran Presiden Jokowi sebagaimana diatas, perlu langkah-langkah dan kebijakan yang harus disampaikan kepada masyarakat.
Serta kearah mana kebijakan sektor pangan di Kabupaten Blitar akan dibawa.
Apalagi saat ini krisis regenerasi petani telah dialami oleh beberapa daerah di kabupaten-kota lainnya.
Salah satu kunci penting pertahanan negara adalah adanya stabilitas pangan, sumberdaya, serta potensi alam didalam daerah sendiri maupun didalam negeri sendiri masih luas untuk dioptimalkan.
"Kenapa untuk stabilisasi pangan harus import, jika import itu hanya mainan deri elit semata," ungkap Mujianto menohok.
Editor : Rohman
Artikel Terkait